Dynamic Glitter Text Generator at TextSpace.net

link warna warni

search engine

Rabu, 09 November 2011

Arti Selingkuh


''BILL Clinton membangunkan aku, Sabtu pagi, 15 Agustus 1998. Ia tak duduk di tepi ranjang seperti biasanya, tapi mondar-mandir di seputar kamar. Pikirannya kalut, karena ia harus memberikan pengakuan di depan televisi nasional tentang hubungan intimnya dengan Monica Lewinsky, gadis pekerja magang di Gedung Putih.

''Selama ini, Bill tidak mau berterus terang karena malu, dan ia tahu hatiku bakal terluka dan marah. Napasku tiba-tiba terasa berhenti. Saat menarik napas panjang, tangisku meledak dan aku berteriak histeris: 'Apa maksudmu?
Kenapa kamu bohong?' Aku pun tak bisa menahan amarah.

''Sementara Bill Clinton tetap berdiri di ujung kamar, sambil berulang-ulang meminta maaf. 'Maaf. Aku benar-benar minta maaf. Aku bermaksud melindungimu dan Chelsea (putri tunggalnya --Red.),' kata Bill kala itu.''

Pengakuan pahit Bill Clinton itu diceritakan kembali Hillary Clinton dalam buku terbarunya, Living History, yang diluncurkan Senin pekan lalu.

Buku seharga US$ 28 (sekitar Rp 300.000) itu laku keras. Dalam sehari saja terjual 200.000 eksemplar, melebihi penjualan buku laris seperti serial Harry Potter yang rata-rata seminggu cuma 100.000 buku.
Diperkirakan, dalam pekan-pekan berikutnya, penjualan buku memoar tersebut bakal melaju.

Jajak pendapat Universitas Quinnipiac, Connecticut, menunjukkan, tiga perempat dari 285 rakyat Amerika Serikat setidaknya pernah mendengar atau membaca Living History. Faktor utama yang mendorong buku setebal 562 halaman itu laris manis, karena penulisnya Hillary Clinton.

Apalagi, menurut Michiko Kakutani dari harian The New York Times, buku itu diterbitkan pada saat ''pengakuan dan skandal menjadi bahan omongan dan dikaitkan dengan kaum selebriti''. Atau, buku itu diterbitkan untuk memuaskan keingintahuan khalayak pada sikap Hillary Clinton saat menghadapi krisis keluarga.

Memoar yang dikemas apik dengan wajah Hillary di kulit muka itu berisi perjalanan hidup wanita asal Chicago, Illinois, bernama Hillary Rhodam.
Di bagian awal bukunya, Hillary bercerita tentang masa mudanya saat kuliah di Yale Law School, 1970. Pada saat itulah hatinya terpaut pada Bill Clinton, pemuda tampan asal Arkansas berambut gondrong dan bercambang kemerahan.

Lalu cerita mengalir, saat mereka menghabiskan waktu mengunjungi museum dan mengagumi patung-patung di Yale Art Gallery. Bill Clinton yang sebelumnya menamatkan kuliah dua tahun di Oxford, London, Inggris, akhirnya ikut pindah mengikuti Hillary ke California yang bekerja di sebuah perusahaan jasa hukum.

Mereka bahkan sempat berlibur ke Inggris. Selama itu pula, Bill berulang kali mengajak Hillary menikah, tapi tetap saja ditolak. ''Beri aku waktu,'' jawab Hillary, yang kala itu masih trauma melihat orangtuanya bercerai.

Setamat kuliah di Yale, 1973, Bill kembali ke Arkansas, dan menjadi dosen di fakultas hukum. Hillary ke Washington, DC, bekerja magang di Komisi Judisial di Majelis Permusyawaratan Rakyat, badan yang mengusut skandal Watergate Presiden Richard Nixon. Keduanya bertemu kembali setelah Hillary mendapat tawaran bekerja sebagai dosen Fakultas Hukum Universitas Arkansas.

Tawaran menikah sekali lagi diutarakan Bill. Kali ini, Hillary tidak bisa menolak. ''Yes!'' Mereka menikah pada 11 Oktober 1975 di rumah mereka di Fayetteville, Arkansas. Karier politik Bill Clinton makin cerah setelah terpilih menjadi Gubernur Arkansas. Langkahnya menjadi pemimpin negara tak terbendung lagi tatkala ia berhasil mengalahkan Bob Dole, dalam pemilihan presiden 1996.

Hari pertama menempati Gedung Putih merupakan pengalaman cukup menggelikan.

''Sekitar pukul 05.30, terdengar ketukan keras di pintu kamar tidur kami. Bill kaget dan terbangun, sedangkan aku merayap mencari kacamata di kegelapan. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dan muncul pelayan kepresidenan lengkap berseragam dan berdasi membawa pinggan perak berisi sarapan pagi.
''Ucapan pertama yang keluar dari mulut presiden ke-42 Amerika Serikat waktu itu: 'Hei, mau apa kamu di sini?' Dibentak begitu, pelayan itu langsung mundur dan menutup pintu kamar kembali. 'Kami berdua kemudian tertawa dan menarik selimut kembali, meneruskan tidur yang terganggu.

''Rabu pagi, 21 Januari 1998, Bill Clinton membangunkanku. Ia duduk di pinggir ranjang dan berkata, 'Ada berita di koran yang harus kamu baca.' Belum sempat rasa heranku hilang, ia menjelaskan berita yang mengabarkan bahwa Presiden Amerika Serikat sedang menutupi kasus skandal seks dengan seorang mahasiswi yang magang di Gedung Putih.''

Gadis itu diminta tak membocorkan kasus ini pada Kenneth Starr, petugas pemeriksa kasus penyuapan Whitewater, yang juga melibatkan Bill Clinton saat masih menjadi Gubernur Arkansas. Karena itu, Starr meminta Kejaksaan Agung agar ia diberi keleluasaan mengusut skandal seks yang dikategorikan kasus kriminal.

''Dalam penjelasannya, Bill mengatakan, gadis bernama Monica Lewinsky itu memang dikenalnya sekitar dua tahun lalu.
Ia bekerja magang di kantor kepresidenan Sayap Barat Gedung Putih. Menurut Bill, Monica acap meminta dibantu mencari pekerjaan. 'Lalu kamu ngapain saja sama dia?' tanyaku berulang-ulang.

''Dan setiap kali, jawaban Bill sama saja. Dia bilang, tak penah berbuat hal yang tidak senonoh. Bagiku, kasus Monica Lewinsky kali ini sama seperti skandal seks lain sebelumnya, yang sengaja diciptakan lawan politik suamiku. Dan cerita seperti ini terjadi berkali-kali. Bahkan, Bill pernah dituduh punya anak dengan seorang pelacur di Little Rock, Arkansas.

''Pagi itu merupakan hari yang cukup berat bagi kami. Namun, kami bertekad menjalaninya seperti biasa. Menjelang keberangkatanku untuk berpidato dalam sebuah acara di Baltimore, tiba-tiba David Kendall, pengacara pribadi Clinton, menelepon. Dia menjelaskan, Jaksa Agung Janet Reno telah mengeluarkan surat panggilan agar Presiden Amerika Serikat ke pengadilan, untuk menjelaskan skandal seksnya dengan Monica.
''Aku tidak bisa menggambarkan betapa kalut hatiku. Demikian juga Bill Clinton. Meskipun kami bersikap biasa di depan umum, sulit rasanya menekan perasaan gundah. Pagi itu, mau tak mau, aku harus menghadiri acara 'Today Show' yang ditayangkan televisi National Broadcasting Center.

''
Para penasihat kepresidenan tak mampu membatalkan acara itu. Setelah berita pagi pukul 07.00 selesai, acara pun dimulai. Matt Lauer, pemandu acara, membuka dengan pertanyaan sangat sensitif. 'Nyonya Clinton, ada satu pertanyaan di benak setiap warga Amerika belakangan ini. Bagaimana hubungan suami Anda dengan Monica Lewinsky? Apakah dia menggambarkan secara detail bentuk hubungan itu?

''Jawabku, 'Kami sudah membicarakan hal itu panjang lebar, dan kami harus bersikap sabar menghadapi sejumlah isu dan prasangka buruk yang berkembang selama ini. Selama bertahun-tahun kami mengalami hal seperti ini. Yang kami lakukan adalah bersabar, menarik napas dalam-dalam, dan kebenaran akan muncul kelak.

''Dalam sebuah jamuan makan malam, menghormati Perdana Menteri Inggris Tony Blair, pertanyaan itu kembali mengganggu pikiranku. Aku tak ambil peduli. Aku duduk di sebelah Ketua MPR, Newt Gingrich dari Partai Republik, dan Tony Blair.

''Setelah lama ngobrol tentang ekspansi militer NATO ke
Bosnia dan Irak, akhirnya Gingrich mengeluarkan unek-uneknya dengan halus. 'Tuduhan terhadap suami Anda cukup menggelikan. Kalaupun benar, nggak ada artinya, kok,' ujarnya. 'Belakangan baru aku tahu, ternyata Gingrich juga terlibat skandal asmara.

''Tibalah hari kelam dalam hidupku pada Sabtu pagi, 15 Agustus 1998, saat Bill Clinton mengakui perselingkuhannya dengan Monica. Kemudian aku menyadari bahwa kami harus menceritakan hal ini pada
Chelsea.''

Akhirnya, Bill Clinton menyampaikan kesaksian di Map Room, Gedung Putih, Senin malam dua hari kemudian. Pada waktu itu, Kenneth Starr meminta Janet Reno mencabut
surat panggilan Bill ke pengadilan.

''Hari-hari kami lalui dalam diam. Kami tidak saling bicara selama beberapa bulan. Lama-kelamaan, hatiku luluh. Perasaanku mengatakan, sebagai seorang istri, aku ingin menjerat leher Bill. Tapi, ia juga presidenku yang berhasil memimpin Amerika Serikat dan dunia.

''Secara moral, suamiku memang salah karena berdusta pada rakyat Amerika dan keluarga kami. Memang selingkuhnya sama halnya mengkhianati keluarga kami, tapi tidak berarti mengkhianati bangsa Amerika.''

Hingga akhir pekan lalu, buku Living History menjadi perhatian utuma publik Amerika, dan sekaligus mendongkrak popularitas Hillary. Di antaranya, mengungguli sembilan calon Partai Demokrat --menghadapi pemilihan Presiden Amerika tahun depan-- yang popularitasnya rata-rata jauh di bawah Hillary.

''Lihat saja, dia lebih menarik perhatian daripada para calon Demokrat,'' ujar Phillip Fiedman, ahli strategi politik Partai Demokrat. Ia menilai Hillary sengaja menerbitkan buku skandal
asmara suaminya untuk melangkah menjadi pemimpin nasional dalam partai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar